Tips dan Tricks: Ice Breaking Seru Menggunakan Metode Gerakan dan Lisan Yang Berkebalikan

Rekan-rekan pendidik tentunya menginginkan proses belajar dan mengajar berjalan dengan baik. Banyak sekali tantangan yang perlu diantisipasi oleh Anda adalah menjaga konsentrasi peserta didik agar tetap fokus dalam proses belajar tersebut.

Ilustrasi Gerakan Pantomim | Tirto.id

Perlu diketahui bahwa peserta didik tersebut memiliki batas kemampuan untuk menjaga konsentrasi dalam menyerap informasi yang masuk selama proses belajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Laurie McMelles - Ahli dalam perkembangan anak, Kanada. 

Konsentrasi anak tergantung usia anak yang bersangkutan, menurut Dr. Laurie McMelles konsentrasi belajar anak 0 - 12 tahun dapat dibedakan sebagai berikut:

Balita usia 0-1 Tahun
Konsentrasi mereka berada pada kisaran 1-3 menit. Balita pada usia ini sulit mempertahankan konsentrasinya karena mereka dominan melakukan gerakan dan mencari hal-hal baru. Pada usia ini mereka sangat peka terhadap rangsang dari luar dan mudah teralihkan. 

Salah satu faktor yang paling mengganggu balita usia ini adalah kaget dengan rangsang seperti bunyi, gerakan, sentuhan, atau lapar. Mereka cenderung lebih sensitif terhadap rangsang baik dari luar maupun dari dalam dirinya.

Balita usia 2 Tahun
Usia balita mengalami perkembangan mempengaruhi tingkat konsentrasi yang semakin lama, yaitu 3-5 menit. Sama seperti balita 0-1 tahun, mereka akan mudah teralihkan oleh rangsang dari dalam dan luar. Balita pada usia ini gerakannya sudah mulai cepat, sehingga dengan cepat konsentrasinya buyar saat ada rangsang.

Balita usia 4 Tahun
Konsentrasi mereka mengalami peningkatan konsentrasi menjadi 12 menit. Mereka sudah mulai fokus dalam mempelajari sesuatu.

Anak usia 6 Tahun
Perkembangan konsentrasi anak semakin baik, pada usia ini fokus dan konsentrasi belajar selama 12 - 18 menit.

Anak usia 8 Tahun
Konsentrasi mereka mencapai 16 - 24 menit. Semakin besar anak semakin baik konsentrasi mereka dalam menyerap berbagai hal yang berada di sekelilingnya. 

Untuk anak-anak usia 10 - 16 tahun memiliki perkembangan yang sangat baik dan lebih lama dalam konsentrasi dalam belajar, adapun urutannya sebagai berikut:
- Usia 10 tahun: 20 - 30 menit
- Usia 12 tahun: 24 - 36 menti
- Usia 14 tahun: 28 - 42 menit
- Usia 16 tahun: 32 - 48 menit

Setelah melihat masing-masing peserta didik di atas, seorang pendidik dapat mengukur kemampuan anak dalam menyerap pelajaran. Kita dapat melakukan tindakan yang tepat saat konsentrasi mereka mulai menurun.

Kita perlu mempelajari dengan seksama tanda-tanda peserta didik sudah lelah dan sulit menangkap materi atau pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Menurut Harward Business Review terdapat beberapa indikasi yang menunjukan peserta didik sudah tidak dapat menyerap informasi atau materi yang diberikan.

1. Mata Merah dan Berkedut
Mata merupakan kunci utama selain pendengaran dalam mencerna dan menyerap informasi. Bahkan ini menjadi senjata bagi peserta didik yang memiliki kemampuan belajar melalui visual. Pendidik wajib menganalisa peserta didik tanda-tanda mata mereka sudah mengalami kelelahan.

Jika peserta didik matanya sudah sayup, posisi duduknya sudah mulai gelisah, tubuhnya sudah mulai goyang. Indikasi ini menunjukan bahwa mereka kemungkinan besar sudah kecapean. Matanya sudah lelah dan tubuhnya meminta untuk diistirahatkan.

2. Kesulitan Berkomunikasi
Seiring dengan menurunnya daya serap tubuh terhadap materi yang disampaikan, maka pendengaran pun semakin tidak fokus. Ketika informasi yang didengar oleh telinga kurang baik, maka otak akan meresponnya dengan reaksi yang kurang baik juga. Pada saat ditanya, maka jawabannya akan ngawur.

3. Kesulitan Mencerna dan Menyimpulkan
Panca indra saat lelah sulit sekali menyerap berbagai informasi. Contoh jika diberikan satu kalimat kemudian peserta didik harus mengulang, menyimpulkan atau menjawab. Jika tubuh sudah lelah maka jawabannya sudah mulai ngawur dan tidak fokus.

4. Tidak dapat berinteraksi dengan baik
Tanda-tanda seseorang sudah kelelahan, mereka akan terlihat lebih pendiam, kaku, dan berusaha untuk fokus dari karakteristik aslinya. Tanda-tanda ini dapat dijadikan referensi untuk pendidik bahwa peserta didik yang bersangkutan sudah lelah dan perlu beristirahat.

Jika melihat dua kondisi di atas yaitu mengukur kemampuan peserta didik dalam menyerap materi pelajaran dan tanda-tanda mereka kelelahan, tentunya ini menjadi fokus pendidik untuk segera melakukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikannya.

Tidak tersebut dapat dilakukan oleh pendidik dengan memanfaatkan seluruh peluang yang dimiliki baik menggunakan media maupun melalui tindakan langsung. Baik media maupun tindakan langsung intinya dapat memberikan daya kejut dan semangat peserta didik kembali meningkat. 

Daya kejut ini akan direspon oleh tubuh untuk fokus dan kembali dapat menyerap materi yang diberikan. Jika kondisi tubuh dan psikologi peserta didik baik maka proses belajar akan menjadi baik. Salah satu indikator tubuh siap mencerna informasi yaitu munculnya semangat dalam diri peserta didik. 

Tidak usah panjang lebar kita langsung saja untuk mempraktekan tindakan yang dapat menggugah semangat peserta didik yang mengalami kelelahan. Pendidik cukup menggunakan kata-kata dan gerakan tubuh. Ini dijamin mudah dan sangat digemari oleh peserta didik.

Teknik Lisan dan Gerakan
Teknik Lisan dan Tulisan ini yaitu menyebutkan anggota tubuh dibarengi dengan menyentuhnya. Langkah-langkah yang harus dipersiapkan adalah:
  • Menyapa peserta didik untuk mengikuti ice breaking ini
  • Menjelaskan mekanisme ice breaking
  • Mengajak seluruh peserta mengikuti challenge ice breaking
  • Peserta didik yang salah diberikan apresiasi
  • Ulang beberapa kali dan simpulkan
1). Menyapa Peserta Didik
Langkah awal yang dilakukan oleh peserta didik adalah menyapa peserta didik dan menyampaikan betapa pentingnya konsentrasi. Contoh tindakan yang dilakukan sapaan atau kata-kata sebagaimana contoh di bawah ini:
  • Semangat Pagi "ini untuk menunjukan setiap peserta harus semangat" kata "semangat pagi" dapat disampaikan kapanpun tidak hanya pada pagi hari. 
  • Ulang kata "semangat pagi" ini beberapa kali dan wajib dijawab oleh peserta didik
  • Alternatif lain yaitu menyebutkan satu nama dari peserta didik, contoh: Yudi gimana? wah peserta didik yang namanya Yudi akan langsung terkejut dan mulai fokus
2). Menjelaskan Mekanisme Ice Breaking
  • Seluruh peserta didik wajib berdiri
  • Seluruh peserta didik wajib mendengarkan dengan seksama kata-kata pendidik
  • Seluruh peserta didik wajib mengikuti gerakan pendidik dengan sama persis
  • Jika ada yang salah, maka peserta didik yang bersangkutan akan diberikan apresiasi
  • Ulang terus sampai tidak ada lagi peserta didik yang gerakannya salah
3). Mengajak Peserta Didik Ice Breaking
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan peserta pendidik: sebutkan anggota tubuh disertai gerakan menyentuhnya:
  • "Ayo adik-adik kita semua pegang hidung (tangan kita langsung memegang hidung)
  • Ingatkan kembali untuk fokus
  • "Ayo adik-adik kita semua pegang dagu (tangan kita kali ini pegang pundak). Dari sini kita lihat siapa yang terjebak tidak sesuai dengan gerakan kita. Jika mereka fokus akan memegang dagu. Mereka yang tidak fokus dan hanya melihat pendidik maka dia akan mengikuti pegang pundak.
  • Mereka yang tidak fokus disebutkan namanya kemudian pendidik mengajak peserta lain untuk mengapresiasinya.
  • Lakukan hal yang sama beberapa kali hingga tidak ada yang salah
Ilustari memegang hidung | Detik.com

4). Memberikan Apresiasi

Apresiasi ini dilakukan untuk mengejutkan dan membangkitkan mereka yang kurang fokus untuk semangatnya meningkat dan kembali fokus. Apresiasi yang paling sederhana yaitu menggunakan gerakan, contoh gerakan yang dapat dilakukan adalah:
  • Pendidik mengajak teman-teman yang ada di sekitar peserta didik yang salah untuk memberikan apresiasi.
  • "Ayo anak-anak angkat tangannya yang dekat dengan Si A, tepuk-tepuk ke pundaknya sambil mengatakan "Semangat!"
  • Lakukan hal tersebut beberapa kali, atau bisa juga dilakukan dengan mengganti katanya "Kamu pasti bisa!".
  • Tindakan ini sederhana namun dapat membangkitkan semangat peserta didik yang sudah kelelahan.
5). Mengulang Gerakan
Lakukan beberapa kali dan pastikan peserta didik sudah tidak ada lagi yang salah. Jika sudah tidak ada yang salah, pendidik sebaiknya menyimpulkan dan memberikan semangat kepada seluruh peserta didik. 
Contoh: "Teman-teman apakah sudah semangat kembali? Kita jaga semangat kita, mari kita berikan tepuk tangan untuk kita semua"

Rekan-rekan semua mudah bukan? pastinya inti ice breaking yang sangat mudah. Ice breaking ini dapat dilakukan setelah kita melihat adanya penurunan konsentrasi pada peserta didik. 1001 cara dapat dilakukan peserta didik, namun ice breaking ini paling mudah.

Selamat mencoba, terima kasih





Post a Comment for "Tips dan Tricks: Ice Breaking Seru Menggunakan Metode Gerakan dan Lisan Yang Berkebalikan"