Kenali 6 Tantangan yang Dihadapi Anak Penyintas Down Syndrome

Daftar Isi
Sebelumnya digisiaga.com telah membahas dimana para penyintas Down Syndrome itu memiliki kelebihan yang luar biasa. Jika orang tua mampu menemukan kelebihannya tersebut tentunya memiliki peluang penyintas lebih baik lagi.

Dibalik hal-hal positif mereka selalu ada hal-hal yang menjadi tantangan yang perlu disikapi baik oleh orang tua sehingga dapat diantisipasi dan diminimalisir dampaknya bagi mereka.

Perlu kepekaan dan belajar terus menerus bagi orang tua untuk menemukan tantangan apa yang sedang dihadapi anak-anak penyintas Down Syndrome, mengapa? Karena mereka memiliki keunikan tersendiri.

Ilustrasi Naik Tangga | Pexels.com

Berbagai teori dan hasil penelitian merupakan pendekatan yang dapat dipergunakan untuk memecahkan kendala tersebut. Dengan keunikan tadi bisa jadi teori dan hasil sains tersebut kurang efektif.

Berdasarkan penelitian dan kajian anak dengan penyintas down syndrome menghadapi berbagai tantangan yang meliputi aspek fisik, kognitif, sosial, dan emosional diantaranya:

1. Keterlambatan Perkembangan

Dilansir dari Klinikrhe.co.id, anak dengan penyintas down syndrome umumnya mengalami keterlambatan perkembangan motorik halus dan kasar, sehingga kemampuan berjalan, berbicara, dan aktivitas fisik lainnya berkembang lebih lambat dibanding anak seusianya.

Beberapa aktivitas motorik halus yang sering kita lihat adalah:
  • Menggenggam: jari-jari tangan menggenggam benda
  • Gerakan kedua tangan: memindahkan benda dari tangan satu ke tangan lainnya
  • Menggerakan jari: bermain dengan jari, mengorek-orek, membentuk benda tertentu
  • Menggunakan alat tulis: menulis, menggambar
  • Membuat sesuatu yang presisi: menggunting, membuat garis lurus, mengikat dengan tepat
  • Menggunakan alat makan: sendok, garpu, tempat minum
  • Keterampilan motorik: menyusun puzzle, bermain lego, atau susunan balok
Beberapa aktivitas motorik kasar yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari adalah:
  • Berjalan
  • Berlari
  • Melompat
  • Merangkak
  • Duduk menendang
  • Melempar
  • Tengkurap
Adapun kombinasi Motorik Kasar adalah:
  • Naik tangga
  • Mengendarai sepeda
  • Berenang
  • Bermain bola
  • Memanjat
  • Berdiri satu kaki
Contoh motorik halus & kasar diatas dapat dibandingkan anak satu dengan yang lainnya. Perbandingkan tersebut dengan parameter ukur yang sama seperti usia dan jenis kelamin. Jika ada hal yang janggal, kaji lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi pada anak tersebut.

Orang tua dapat berkonsultasi dengan tenaga ahli seperti dokter anak, psikolog, ahli lainnya dan orang tua lainnya yang berpengalaman dengan penyintas down syndrome. Hal ini dapat mempertajam pemahaman mereka terhadap penyintas.

2. Kesulitan Berkomunikasi

Banyak anak Down syndrome mengalami gangguan pendengaran dan keterlambatan bicara, sehingga mereka cenderung kesulitan dalam memproses tata bahasa dan berkomunikasi secara efektif.

Orang tua harus peka jika melihat fenomena anaknya sulit mendengar atau peka terhadap suara yang terjadi di lingkungan sekitarnya:
  • Sulit memahami perkataan orang
  • Meminta orang untuk mengulang perkataan
  • Meminta orang lain untuk berbicara lebih pelan
  • Jika suka menonton atau mendengarkan musik, anak cenderung memutar dengan volume tinggi
  • Sakit pendengaran (tinnitus): telinga berbunyi tinggi atau berdengung
  • Cepat lelah jika harus fokus
  • Tidak bisa menangkap pembicaraan jika dalam kondisi keramaian atau suara bising
Beberapa fenomena anak sulit berbicara:
  • Tidak mengoceh pada usia 15 bulan
  • Mengucapkan kata yang kurang jelas pada usia 2 tahun
  • Tidak dapat mengucapkan kalimat pendek pada usia 3 tahun
  • Sulit mengikuti instruksi atau perintah
  • Kurang respon terhadap suara
  • Membeo (mengikuti atau menirukan perkataan)
  • Artikulasi pengucapan kata kurang jelas
  • Menggunakan gerakan sebagai pengganti komunikasi
  • Selain daripada itu ada kemungkinan kelainan rongga mulut, lidah, dan tenggorokan

3. Kesulitan Akademik

Mereka sering mengalami kesulitan dalam memahami kata, kalimat, serta konsep angka dan berhitung, akibat memori jangka pendek verbal yang lemah.

Jika mereka sekolah dan mempelajari berbagai mata pelajaran yang diberikan. Ada kemungkinan daya serap materi pelajaran yang diterima mereka berbeda dengan anak normal pada umumnya.

Mata pelajaran yang diberikan bisa jadi tidak masuk dan sulit dicerna oleh mereka. Apalagi mata pelajaran yang tidak mereka sukai. Selain kesulitan menangkap, mencerna, dan memahami ada blok dari diri mereka sendiri karena tidak suka.

Dapat dipastikan jika dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, penyintas down syndrome akan mengalami kesulitan dalam bidang akademik, khususnya mata pelajaran yang tidak ia sukai.

4. Hambatan Sosial dan Diskriminasi

Anak Down syndrome kerap dikucilkan di lingkungan bermain, menghadapi diskriminasi, dan kesulitan membangun hubungan sosial dengan teman sebaya karena perbedaan kemampuan.

Tidak semua lingkungan dapat menerima perbedaan apakah itu sekolah, teman bermain, dan lingkungan masyarakat. Apakah itu perbedaan fisik, sikap, perilaku, kemampuan akademik membuka ruang bagi mereka menjadi orang yang berbeda.

Perbedaan ini lah yang sulit diterima oleh orang atau lingkungan tertentu. Jika dibiarkan mereka akan tersisihkan, menjadi orang asing, dan dikucilkan dari mayoritas orang tersebut.

Sisi lain mereka juga sangat rentan dengan perlakukan yang kurang tepat dari lingkungannya. Jika anak tersebut banyak diberikan unsur-unsur negatif seperti ucapan kasar, kotor, perilaku yang aneh atau tidak sopan.

Mereka akan menyimpan dalam memori tanpa memfilter dengan baik, mereka akan mengeluarkan kata-kata kasar, berperilaku kasar, jorok, tidak senonoh dan lain-lain berbantung lingkungan yang membentuknya.

5. Tantangan Emosional dan Perilaku

Mereka dapat menunjukkan perilaku keras kepala, hiperaktif, impulsif, hingga mengamuk, serta kesulitan mengidentifikasi dan mengelola emosi.

Pola didik dan asuh yang mereka tidak seluruhnya diterima dengan baik karena beberapa tantangan (kekurangan diatas). Hal ini menyebabkan mereka berbeda dengan anak normal pada umumnya.

Jika meka suka atau terbiasa dengan kondisi tertentu, saat mengalami kondisi lainnya yang berbeda dapat menyebabkan sulitnya beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Contoh: saat antri belanja, mereka bisa saja menerobos tanpa memperdulikan lingkungan sekitar.

Contoh lainnya: saat mereka tidak suka dengan lingkungan seperti panas, bising, atau ramai mereka tidak dapat mengontrol diri atas kondisi yang dialaminya akhirnya melakukan seperti tantrum (mengamuk, berperilaku hiperaktif, dan impulsif).

Contoh lainnya: tidak dapat membedakan nama barang / benda miliknya atau milik orang lain. Mereka bisa saja mengambil atau mengkonsumsi barang punya orang lain karena dianggap sebagai miliknya.

6. Masalah Kesehatan

Dilansir dari alodokter.com anak down syndrome rentan mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti kelainan jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, hipotermia, infeksi berulang, gangguan makan, obesitas, intoleransi gluten, dan sembelit.

Salah satu faktor yang menyebabkan mereka rentan terhadap komplikasi penyakit adalah faktor kelebihan kromosom ke-21. Kelainan ini menyebabkan berbagai organ dan hormon pertumbuhannya tidak normal.

Sekitar 40-50% penyintas down syndrome lahir dengan cacat jantung bawaan. Hal ini menyebabkan tingginya morbiditas dan mortalitas penyintasnya.

Tindakan Orang Tua untuk Mengantisipasi Tantangan Down Syndrome

Orang tua memegang peran sentral dalam membantu anak Down syndrome mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan:

1. Penerimaan dan Dukungan Emosional

Penerimaan tanpa syarat dari orang tua adalah fondasi utama. Dukungan emosional membantu anak merasa aman, dicintai, dan percaya diri.

Konsultasi ke Dokter | Halodoc.com

2. Stimulasi dan Terapi Dini

Lakukan stimulasi sejak dini sesuai kebutuhan anak, seperti fisioterapi, terapi wicara, dan terapi okupasi untuk mendukung perkembangan motorik, bicara, dan kognitif.

3. Membuat Rutinitas yang Terstruktur

Rutinitas harian yang konsisten membantu anak merasa aman dan mendukung perkembangan keterampilan sosial serta kemandirian.

4. Memberi Pilihan dan Melatih Kemandirian

Berikan anak kesempatan memilih dalam batasan yang wajar (misal memilih pakaian atau makanan ringan) agar mereka merasa memiliki kendali atas hidupnya dan membangun kepercayaan diri.

5. Mengajarkan Pengelolaan Emosi

Bimbing anak mengenali dan mengelola emosi melalui permainan pura-pura, contohkan respons yang tepat, dan gunakan pendekatan “jika, maka” untuk membangun pemahaman konsekuensi.

6. Pemeriksaan Kesehatan Rutin

Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi dan menangani gangguan kesehatan yang umum dialami anak Down syndrome, seperti pemeriksaan jantung, pendengaran, penglihatan, dan fungsi tiroid.

7. Mencari Dukungan Sosial

Bergabung dengan komunitas atau kelompok pendukung sesama orang tua anak Down syndrome untuk berbagi pengalaman, mendapatkan informasi, dan memperkuat jejaring sosial.

8. Kolaborasi dengan Sekolah

Bekerja sama dengan guru dan pihak sekolah untuk menyesuaikan metode pembelajaran dan memberikan dukungan yang dibutuhkan anak.

Dengan langkah-langkah tersebut, orang tua dapat membantu mengoptimalkan tumbuh kembang anak penyintas Down syndrome dan meminimalkan dampak dari tantangan yang dihadapi.

Posting Komentar