Memahami Apa Itu Autisme dan 10 Poin Penting Yang Perlu Orang Tua Ketahui

Daftar Isi
Autisme merupakan kelainan perkembangan saraf otak yang menyebabkan gangguan perilaku dan interaksi sosial. Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan spektrum autisme atau autism spectrum disorder (ASD).

Kelainan ini mengacu pada gejala dan tingkat keparahan pada penderita yang berbeda-beda. Istilah autisme berasal dari Bahasa Yunani autos yang berarti diri sendiri. Dimana penyandang autisme memiliki dunia sendiri.

Autisme mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi, berinteraksi, dan memahami yang ada di sekitarnya. Tanda-tanda autisme dapat terdeteksi pada usia anak-anak maupun pada usia dewasa. 

Autisme dapat beragam sesuai dengan tingkatannya masing-masing mulai dari ringan hingga berat. Begitu juga dengan karakteristik yang dimiliki oleh individu tersebut memiliki tingkat yang berbeda-beda. 

10 Poin Penting Mengenai Autisme

1. Tinkat Spektrum Autisme

Autisme merupakan bagian dari gangguan autism spectrum disorder (ASD) yang mencakup beberapa kondisi terkait seperti sindrom Asperger, gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS), gangguan autistik, dan childhood disintegrative disorder (sindrom Heller). 

Istilah spektrum menunjukkan bahwa autisme memiliki variasi gejala dan tingkat keparahan yang sangat beragam pada setiap individu. Tidak ada dua orang dengan autisme yang persis sama dalam manifestasi kondisinya.

2. Data Autisme

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), autisme terjadi pada 1 dari 160 anak di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, hingga saat ini belum ada data yang pasti mengenai jumlah penderita autisme. Namun, seperti kondisi di negara lain, kesadaran dan diagnosis autisme saat ini semakin meningkat.

3. Penyebab Autisme

Penyebab autisme belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor dapat diketahui berdasarkan terjadinya autisme tersebut. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:
  • Kelainan genetik pada anak
  • Faktor keturunan, terdapat riwayat autisme dari keluarga
  • Kelahiran pertumbuhan (prematur)
Hingga saat ini peneliti terus melakukan riset mengenai autisme berdasarkan faktor genetik dan lingkungan yang kemungkinan besar berperan terhadap autisme.

4. Masalah Komunikasi

Salah satu karakteristik utama autisme adalah gangguan dalam berkomunikasi baik verbal maupun non-verbal. Anak dengan autisme sering mengalami keterlambatan berbahasa atau bahkan tidak dapat berbicara. Sekalipun penderita dapat berbicara namun cara dan nada bicara mereka cenderung monoton seperti robot dan cenderung tidak ada variasi dalam situasi yang berbeda.

Beberapa anak dengan autisme juga mengalami ekolalia, yaitu menirukan atau membeo kata-kata yang didengarnya, kalimat, atau lagu tanpa memahami maknanya. Mereka juga sering kesulitan memahami komunikasi non-verbal seperti ekspresi wajah atau bahasa tubuh.

5. Interaksi Sosial

Penyandang autisme pada umumnya mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial. Beberapa perilaku yang sering terlihat dari penderita autisme diantaranya:
  • Tidak merespons saat dipanggil meski kemampuan pendengarannya normal
  • Cenderung menolak atau menghindari kontak mata
  • Acuh tak acuh bahkan tidak ada usaha melakukan interaksi dengan orang lain
  • Lebih asyik bermain sendiri
  • Kurangnya rasa empati
  • Mereka juga sering mengalami kesulitan dalam memahami isyarat sosial
  • Kurang memahami dan mematuhi aturan sosial  baik tertulis maupun tidak
  • Sebagian penderita autisme memiliki kendala dalam berinteraksi dengan orang lain
Ilustrasi Autis | Pexels.com

6. Perilaku Yang Diulang-ulang

Penderita autisme sering menunjukkan pola perilaku yang repetitif (mengulang-ulang) dan minat yang sangat terbatas. Mereka melakukan gerakan yang sama secara berulang, kemudian berjalan dengan berjinjit, menepuk-nepuk tangan (mengepakkan tangan), atau menggoyangkan tubuh berulang-ulang.

Mereka juga sering memilih suatu benda tertentu yang terus dipegangnya bahkan dibawa ke mana-mana. Selain itu, mereka biasanya sangat menyukai aktivitas rutin. Mereka juga bisa menjadi sangat marah atau cemas jika ada perubahan situasi yang terjadi pada dirinya.

7. Masalah Sensorik

Banyak penyandang autisme mengalami gangguan pemrosesan sensorik, yang membuat mereka sangat sensitif (hipersensitif) atau kurang sensitif (hiposensitif) terhadap rangsangan seperti suara, cahaya, sentuhan, rasa, atau bau. Kondisi ini dapat menyebabkan sensory overload atau kelebihan rangsangan sensorik, misalnya karena suara yang terlalu berisik atau suhu yang sangat dingin atau panas.

Respons terhadap rangsangan sensorik yang tidak biasa ini menyebabkan perilaku yang aneh bagi orang lain, seperti menutup telinga, menjerit, atau menghindari situasi tertentu. Hal ini hanya dirasakan oleh mereka yang mengidap autisme, bagi mereka yang normal rangsangan tersebut hal biasa.

8. Variasi Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif penyandang autisme sangat bervariasi, mulai dari disabilitas intelektual hingga kemampuan di atas rata-rata. Beberapa penyandang autisme mungkin memiliki minat yang terbatas namun sangat intens pada topik tertentu. Hal ini menyebabkan mereka memiliki pengetahuan mendalam pada bidang tersebut.

Pada kasus lainnya penyandang autisme memiliki kemampuan luar biasa dalam bidang tertentu, seperti matematika, musik, atau seni, meskipun mengalami kesulitan dalam bidang lain. Kondisi ini sering dikaitkan dengan sindrom savant.

9. Diagnosis dan Deteksi Dini

Autisme umumnya dapat didiagnosis sejak usia dini, bahkan pada bayi usia 6 bulan atau di bawah 3 tahun. Diagnosis dini sangat penting agar autisme dapat ditangani intensif sejak dini, sehingga membantu penyandang autisme untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki secara maksimal.

Diagnosis biasanya melibatkan pengamatan perilaku anak dan perkembangan serta penilaian oleh tim multi-disiplin yang ahli dibidang autisme. Para ahli tersebut mulai dari dokter anak, psikiater, psikolog, terapis wicara, dan profesional kesehatan lainnya.

10. Penanganan dan Terapi

Autisme tidak bisa disembuhkan, namun terdapat berbagai terapi dan intervensi yang dapat membantu penyandang autisme berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penanganan autisme bersifat individual, disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mereka.

Beberapa pendekatan terapi yang umum digunakan bagi penyandang autisme, diantaranya:
  • Terapi perilaku, seperti Applied Behavior Analysis (ABA)
  • Terapi wicara dan bahasa
  • Terapi okupasi
  • Pendidikan khusus
  • Program pelatihan keterampilan sosial
  • Terapi sensorik
  • Terapi obat untuk gejala-gejala tertentu seperti gangguan mood atau kecemasan

Kesimpulan

Autisme merupakan gangguan perkembangan saraf yang kompleks dengan spektrum manifestasi yang luas. Meskipun penyandang autisme menghadapi berbagai tantangan dalam komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Melalui berbagai upaya, dukungan, pemahaman, dan intervensi yang tepat, mereka dapat mengembangkan potensi mereka dan menjalani kehidupan dengan baik.

Penting untuk kita pahami bahwa setiap penyandang autisme adalah individu yang unik dengan kekuatan, tantangan, dan kebutuhan yang berbeda-beda. Memahami keberagaman dalam spektrum autisme merupakan langkah penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan suportif bagi semua orang, termasuk mereka yang hidup dengan autisme.


Posting Komentar